PERILAKU
KONSUMEN
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen
untuk membuat keputusan pembelian. Ketika memutuskan akan membeli suatu barang
atau produk, tentu Anda sebagai konsumen selalu memikirkan terlebih dahulu
barang yang akan Anda beli. Mulai dari harga, kualitas, fungsi atau kegunaan
barang tersebut, dan lain sebagainya. Kegiatan memikirkan, mempertimbangkan,
dan mempertanyakan barang sebelum membeli merupakan atau termasuk ke dalam
perilaku konsumen. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perilaku konsumen
sangat erat kaitannya dengan pembelian dan penjualan barang dan jasa. Tentu
sebagai konsumen, Anda tidak ingin salah membeli suatu produk atau jasa, maka
dari itu perilaku konsumen diperlukan.
Definisi Perilaku Konsumen
Konsumsi adalah pengeluaran oleh
rumah tangga atas barang dan jasa. Elemen-elemen pokok dari konsumsi di antara
yang paling penting adalah perumhan, kendaraan bermotor, makanan, dan perawatan
medis. Ilmu statistik menunjukkan bahwa ada keteraturan yang dapat diramalkan
dalam cara orang-orang mengalokasikan pengeluaran mereka antara makanan,
pakaian dan hal-hal pokok lainya.
Konsumen adalah seseorang yang
menggunakan barang atau jasa. Saat ini konsumen begitu dimanjakan dengan
berbagai produk yang dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan. Era produsen
mengendalikan konsumen telah berlalu dan telah digantikan dengan era dimana
konsumen memegang kendali. Konsumen yang mendikte produk apa yang seharusnya
diproduksi oleh perusahaan. Perusahaan harus berfokus pada konsumen, konsumen
adalah bagian terpenting dari perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu
mengerti bagaimana konsumenya berperilaku
Perilaku
konsumen merupakan suatu proses yang berkaitan erat dengan proses pembelian,
pada saat itu konsumen melakukan aktifitas-aktifitas seperti melakukan
pencarian, penelitian, dan pengevaluasian produk. Perilaku konsumen merupakan
hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Yang
termasuk ke dalam perilaku konsumen selain mengenai kualitas produk, juga meliputi
harga produk atau jasa tersebut. Jika harga suatu produk tidak terlalu tinggi,
maka konsumen tidak akan terlalu lama membutuhkan waktu untuk memikirkan dan
melakukan aktifitas perilaku konsumen. Namun jika harga suatu barang atau jasa
tersebut bisa dibilang tinggi, atau mahal, maka konsumen tersebut akan
memberikan effort lebih terhadap barang tersebut. Pembeli tersebut
akan semakin lama melakukan perilaku konsumen, seperti melihat, menanyakan,
mengevaluasi, dan mempertimbangkan.
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen adalah :
1.
Faktor kebudayaan
Faktor kebudayaan meliputi :
Faktor kebudayaan meliputi :
a.
Budaya : faktor-faktor budaya memberikan
pengaruhnya paling luas pada keinginan dan perilaku konsumen. Budaya (culture)
adalah penyebab paling mendasar teori keinginan dan perilaku seseorang.
b.
Subbudaya : setiap kebudayaan mengandung
sub kebudayaan yang lebih kecil, atau sekelompok orang yang mempunyai sistem
nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang sama. Sub
kebudayaan meliputi: kewarganegaraan, agama, ras, dan daerah gegrafis.
c.
Kelas sosial : hampir setiap masyarakat
memiliki beberapa bentuk struktur kelas sosial. Kelas-kelas sosial adalah
bagian-bagian masyarakat yang relatif permanen dan tersusun rapi yang
anggota-anggotanya mempunyai nilai-nilai, kepentingan dan perilaku yang sama.
2.
Faktor Sosial
a.
Kelompok Referensi
Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh
kelompok yang mempunyai perngaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap
atau perilaku seseorang. Beberapa di antaranya adalah kelompok-kelompok primer,
yang dengan adanya interaksi yang cukup berkesinambungan, seperti keluarga,
teman, tetangga dan teman sejawat. Kelompok-kelompok sekunder yang cenderung
lebih resmi dan yang mana interaksi yang terjadi kurang berkesinambungan.
Kelompok yang seseorang ingin menjadi anggotanya disebut kelompok aspirasi.
Sebuah kelompok disosiatif (memisahkan diri) adalah sebuah kelompok yang nilai
atau perilakunya tidak disukai oleh individu.
b.
Keluarga
Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli, yang pertama adalah: keluarga orientasi, yang merupakan orang tua seseorang. Dari orang tualah seseorang mendapatkan pandangan tentang agama, politik, ekonomi, dan merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan cinta. Keluarga prokreasi, yaitu pasangan hidup anak-anak seseorang keluarga merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif.
Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembeli, yang pertama adalah: keluarga orientasi, yang merupakan orang tua seseorang. Dari orang tualah seseorang mendapatkan pandangan tentang agama, politik, ekonomi, dan merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan cinta. Keluarga prokreasi, yaitu pasangan hidup anak-anak seseorang keluarga merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif.
c.
Peran dan Status
Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok
selama hidupnya (keluarga, klub, organisasi). Posisi seseorang dalam setiap
kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status.
3.
Faktor Pribadi
a.
Umur dan Tahapan dalam Siklus Hidup
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus
kehidupan keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi
tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya
mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani
hidupnya.
b.
Pekerjaan
Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.
Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.
c.
Keadaan Ekonomi
Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang
adalah terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya,
stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk presentase yang
mudah dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap mengeluarkan
lawan menabung.
d.
Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang
diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup
menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan
lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial
seseorang.
e.
Kepribadian dan Konsep Diri
Yang dimaksud dengan kepribadian adalah
karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang
responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian dapat
merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku
konsumen.
4.
Faktor Psikologis
a.
Motivasi
Motivasi sebagai tenaga dorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan. Kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan.
Untuk memahami kebutuhan manusia, Teori Maslow dan McClelland menggambarkan bahwa manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda sehingga hal ini dapat digunakan pemasar untuk mendorong konsumsi suatu produk dan atau jasa.
Motivasi sebagai tenaga dorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan. Kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan.
Untuk memahami kebutuhan manusia, Teori Maslow dan McClelland menggambarkan bahwa manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda sehingga hal ini dapat digunakan pemasar untuk mendorong konsumsi suatu produk dan atau jasa.
Teori-teori motivasi:
• Teori
motivasi Freud, mengasumsikan bahwa kekuatan-kekuatan psikologis yang
sebenarnya membentuk perilaku manusia sebagian besar bersifat di bawah sadar.
Freud melihat bahwa seseorang akan menekan berbagai keinginan seiring dengan
proses pertumbuhannya dan proses penerimaan aturan sosial. Keinginan-keinginan
ini tidak pernah berhasil dihilangkan atau dikendalikan secara sempurna, dan
biasanya muncul kembali dalam bentuk mimpi, salah bicara dan perilaku-perilaku
neurotis.
• Teori motivasi Herzberg, mengembangkan “teori motivasi dua faktor” yang membedakan antara faktor yang menyebabkan ketidakpuasan dan faktor yang menyebabkan kepuasan. Teori ini memiliki dua implikasi. Pertama, penjual haruslah menghindari faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan seperti buku pedoman penggunaan komputer yang buruk atau kebijaksanaan pelayanan yang kurang baik. Kedua, produsen haruslah mengidentifikasi faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan atau motivator-motivator utama dari pembelian di pasar komputer dan memastikan hal-hal ini tersedia. Faktor-faktor yang memuaskan ini akan membuat perbedaan utama antara merek komputer yang dibeli oleh pelanggan.
• Teori motivasi Herzberg, mengembangkan “teori motivasi dua faktor” yang membedakan antara faktor yang menyebabkan ketidakpuasan dan faktor yang menyebabkan kepuasan. Teori ini memiliki dua implikasi. Pertama, penjual haruslah menghindari faktor-faktor yang menimbulkan ketidakpuasan seperti buku pedoman penggunaan komputer yang buruk atau kebijaksanaan pelayanan yang kurang baik. Kedua, produsen haruslah mengidentifikasi faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan atau motivator-motivator utama dari pembelian di pasar komputer dan memastikan hal-hal ini tersedia. Faktor-faktor yang memuaskan ini akan membuat perbedaan utama antara merek komputer yang dibeli oleh pelanggan.
b.
Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia, yaitu proses “bagaimana kita melihat dunia di sekeliling kita”. Stimuli ini diterima oleh alat pancaindra manusia. Stimuli mana yang akan diproses tergantung dari apakah stimuli dapat masuk ke dalam proses untuk menginterpretasikannya. Untuk dapat masuk ke dalam proses interpretasi suatu stimuli harus mampu mengekspos manusia (mendapat perhatian) melalui indra penerimaan, artinya harus diperhatikan ambang penerimaan stimuli manusia. Setelah stimuli diterima maka proses interpretasi dapat dilakukan yang terkait dengan faktor individu.
Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai dunia, yaitu proses “bagaimana kita melihat dunia di sekeliling kita”. Stimuli ini diterima oleh alat pancaindra manusia. Stimuli mana yang akan diproses tergantung dari apakah stimuli dapat masuk ke dalam proses untuk menginterpretasikannya. Untuk dapat masuk ke dalam proses interpretasi suatu stimuli harus mampu mengekspos manusia (mendapat perhatian) melalui indra penerimaan, artinya harus diperhatikan ambang penerimaan stimuli manusia. Setelah stimuli diterima maka proses interpretasi dapat dilakukan yang terkait dengan faktor individu.
c.
Sikap
Terdapat beberapa pengertian sikap yang disampaikan oleh para ahli. Intinya sikap adalah perasaan dari konsumen (positif dan negatif) dari suatu objek setelah dia mengevaluasi objek tersebut. Semakin banyak objek yang dievaluasi akan semakin banyak sikap yang terbentuk.
Sikap memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, ego defensive, ekspresi nilai, dan pengetahuan. Untuk lebih memahami sikap perlu dipahami beberapa karakteristik sikap, diantaranya memiliki objek, konsisten, intensitas dan dapat dipelajari.
Terdapat beberapa pengertian sikap yang disampaikan oleh para ahli. Intinya sikap adalah perasaan dari konsumen (positif dan negatif) dari suatu objek setelah dia mengevaluasi objek tersebut. Semakin banyak objek yang dievaluasi akan semakin banyak sikap yang terbentuk.
Sikap memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, ego defensive, ekspresi nilai, dan pengetahuan. Untuk lebih memahami sikap perlu dipahami beberapa karakteristik sikap, diantaranya memiliki objek, konsisten, intensitas dan dapat dipelajari.
Struktur Keputusan Beli
Keputusan utk membeli yg diambil
oleh konsumen sebenarnya merupakan kumpulan dari sejumlah keputusan. Setiap
keputusan beli mempunyai suatu struktur sebanyak 7 komponen, yaitu:
a.
Keputusan tentang jenis produk
b.
Keputusan tentang bentuk produk; menyangkut ukuran,
mutu, corak, dsb.
Perusahaan
perlu melakukan riset pemasaran, agar lebih akurat, utk mengidentifikasi
kesukaan konsumen tentang produk tersebut agar dapat memaksimumkan daya tarik
mereknya.
c.
Keputusan tentang merek; setiap merek memiliki
perbedaan-perbedaan tersendiri. Perusahaan harus memahami bagaimana konsumen
memilih sebuah merek.
d.
Keputusan tentang penjualnya; konsumen harus mengambil
keputusan dimana produk akan dibeli. Dalam hal ini, produsen, pedagang besar
& pengecer harus memahami bagaimana konsumen memilih penjual tertentu.
e.
Keputusan tentang jumlah produk; konsumen dapat
mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yg akan dibelinya pada suatu
saat. Perusahaan perlu mempersiapkan jumlah produknya sesuai dengan keinginan
yg berbeda-beda dari para pembeli.
f.
Keputusan tentang waktu pembelian; konsumen dapat
mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian. Perusahaan
harus mengetahui faktor-faktor yg mempengaruhi keputusan konsumen dalam
penentuan waktu beli. Dengan demikian, perusahaan dapat mengatur waktu produksi
& kegiatan pemasarannya sedemikian rupa supaya konsumen terpenuhi
keinginannya.
g.
Keputusan tentang cara pembayaran; konsumen akan
mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yg dibeli,
apakah secara tunai atau dengan cicilan. Keputusan tersebut akan mempengaruhi
tentang penjual & jumlah pembeliannya. Dalam hal ini, perusahaan harus
mengetahui keinginan pembeli tentang cara pembayarannya.
Keputusan Pembelian
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh
ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia, pekerjaan, keadaan ekonomi. Perilaku
konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam melakukan
pembelian.
Menurut Kotler ada beberapa tahap dalam mengambil
suatu keputusan untuk melakukan pembelian, anatara lain:
a.
Pengenalan Masalah
Merupakan faktor
terpenting dalam melakukan proses pembelian, dimana pembeli akan mengenali
suatu masalah atau kebutuhan.
b.
Pencarian informasi.
Seorang
selalu mempunyai minat atau dorongan untuk mencari informasi. Apabila dorongan
tersebut kuat dan obyek yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia maka
konsumen akan bersedia untuk membelinya.
c.
Evaluasi Alternatif
Konsumen
akan mempunyai pilihan yang tepat dan membuat pilihan alternatif secara teliti
terhadap produk yang akan dibelinya.
d.
Keputusan Pembeli
Setelah
konsumen mempunyai evaluasi alternatif maka konsumen akan membuat keputusan
untuk membeli. Penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk pilihan merek
di antara beberapa merek yang tersedia.
e.
Perilaku Pascapembelian
Setelah
membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan.
Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga
periode pasca pembelian. Pemasar harus memantau kepuasan pasca pembelian,
tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian.
Dalam tahap
evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan
pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk yang paling
disukai. Ada dua faktor yang berada di antara niat pembelian dan keputusan
pembelian.
Tipe Proses Pembelian Konsumen
Setiap konsumen melakukan berbagai
macam keputusan tentang pencarian, pembelian, penggunaan beragam produk, dan
merk pada setiap periode tertentu. Berbagai macam aktivitas kehidupan
seringkali harus dilakukan oleh setiap konsumen pada setiap hari. Konsumen
melakukan keputusan setiap hari atau setiap periode tanpa menyadari bahwa
mereka telah mengambil keputusan.
Pengambilan keputusan konsumen
berbeda-beda tergantung pada jenis keputusan pembelian. Assael (2001:25)
membedakan empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat
keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan merek-merek.
a.
Proses Complex Decision Making
Terjadi bila
keterlibatan kepentingan tinggi pada pengambilan keputusan yang terjadi. Contoh
pengambilan untuk membeli sistem fotografi elektronik seperti Mavica atau
keputusan untuk membeli mobil. Dalam kasus seperti ini, konsumen secara aktif
mencari informasi untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan pilihan beberapa
merek dengan menetapkan kriteria tertentu seperti kemudahan dibawa dan resolusi
untuk sistem kamera elektronik, dan untuk mobil adalah hemat, daya tahan
tinggi, dan peralatan. Subjek pengambilan keputusan yang komplek adalah sangat
penting. Konsep perilaku kunci seperti persepsi, sikap, dan pencarian informasi
yang relevan untuk pengembangan stratergi pemasaran.
Perilaku
pembelian yang rumit terdiri dari proses tiga langkah. Pertama, pembeli mengembangkan
keyakinan tentang produk tersebut. Kedua, pembeli membangun sikap tentang
produk tersebut. Ketiga, pembeli membuat pilihan pembelian yang cermat.
Konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang rumit bila mereka sangat
terlibat dalam pembelian dan sadar akan adanya perbedaan-perbedaan besar di
antara merek. Perilaku pembelian yang rumit itu sering terjadi bila produknya
mahal, jarang dibeli, berisiko dan sangat mengekspresikan diri.
b.
Proses Brand Loyalty
Kadang-kadang
konsumen sangat terlibat dalam sebuah pembelian namun melihat sedikit perbedaan
di antara berbagai merek. Keterlibatan yang tinggi didasari oleh fakta bahwa
pembelian tersebut mahal, jarang dilakukan dan berisiko. Dalam kasus ini,
pembeli akan berkeliling untuk mempelajari apa yang tersedia namun akan membeli
dengan cukup cepat, barangkali pembeli sangat peka terhadap harga atau terhadap
kenyamanan berbelanja.
Ketika
pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa lalu dan membeli merek
yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses pertimbangan
dalam pengambilan keputusan. Contoh pembelian sepatu karet basket merek Nike
atau sereal Kelloggs Nutrific. Dalam setiap kasus disini pembelian adalah
penting untuk konsumen, sepatu basket karena keterlibatan kepentingan dalam
olah raga, makanan sereal untuk orang dewasa karena kebutuhan nutrisi.
Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian yang lalu. Sehingga, pencarian
informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak penting keberadaannya dalam
konsumen memutuskan membeli merek yang sama.
c.
Proses Limited Decision Making
Banyak
produk dibeli dengan kondisi rendahnya keterlibatan konsumen dan tidak adanya
perbedaan merek yang signifikan. Mereka pergi ke toko dan mengambil merek
tertentu. Jika mereka tetap mengambil merek yang sama, hal itu karena
kebiasaan, bukan karena kesetiaan terhadap merek yang kuat. Terdapat bukti yang
cukup bahwa konsumen memiliki keterlibatan yang rendah dalam pembelian sebagian
besar produk yang murah dan sering dibeli.
Konsumen
kadang-kadang mengambil keputusan walaupun mereka tidak memiliki keterlibatan
kepentingan yang tinggi, mereka hanya memiliki sedikit pengalaman masa lalu
dari produk tersebut. Konsumen membeli barang mencoba-coba untuk membandingkan
terhadap makanan snack yang biasanya dikonsumsi. Pencarian informasi dan
evaluasi terhadap pilihan merek lebih terbatas dibanding pada proses
pengambilan keputusan yang komplek. Pengambilan keputusan terbatas juga terjadi
ketika konsumen mencari variasi. Kepitusan itu tidak direncanakan, biasanya
dilakukan seketika berada dalam toko. Keterlibatan kepentingan yang rendah,
konsumen cenderung akan berganti merek apabila sudah bosan mencari variasi lain
sebagai perilaku pencari variasi akan melakukan apabila resikonya minimal.
d.
Proses Inertia
Beberapa
situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah namun
perbedaan merek yang signifikan. Dalam situasi itu, konsumen sering melakukan
peralihan merek.
Tingkat
kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada pengambilan keputusan. Inertia
berarti konsumen membeli merek yang sama bukan karena loyal kepada merek
tersebut, tetapi karena tidak ada waktu yang cukup dan ada hambatan untuk
mencari alternatif, proses pencarian informasi pasif terhadap evaluasi dan
pemilihan merek. Robertson berpendapat bahwa dibawah kondisi keterlibatan
kepentingan yang rendah “ kesetiaan merek hanya menggambarkan convenience yang
melekat dalam perilaku yang berulang daripada perjanjian untuk membeli merek
tersebut” contoh pembelian sayur dan kertas tisu.
Pendekatan Teori Perilaku Konsumen
Terdapat dua pendekatan terkait dengan perilaku
konsumen, yaitu pendekatan niali guna (utility) kardinal dan pendekatan niali
guna ordinal. Dalam pendekatan niali guna kardinal dianggap manfaat atau
kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kualitatif.
Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh
dari mengkonsumsi sejulah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marginal
berarti penambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan pertambahan
(atau pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu.
1.
Pendekatan Kardinal
Pendekatan
konsumen Kardinal adalah daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau
utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna tergantung kepada subyek
yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna
suatu barang bagi seseorang, maka akan semakin diminati. Pendekatan kardinal
memberikan penilaian bersifat subyektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu
barang, artinya tinggi rendahnya suatu barang tergantung sudut pandang subyek
yang memberikan penilaian tersebut, yang biasanya berbeda penilain dengan orang
lain.
Pendekatan
ini merupakan gabungan dari beberapa pendapat para ahli ekonomi aliran
subyektif dari Austria seperti: Karl Menger, Hendrik Gossen, Yeavon, dan Leon
Walras. Menurut pendekatan ini daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau
util, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna bergantung kepada subyek yang
menilai.
Dalam
pendekatan ini akan banyak didasari oleh suatu hukum dari tokoh terkenal,
Gossen, yaitu hokum Gossen.
a.
Hukum Gossen I menyatakan bahwa jika kebutuhan
seseorang dipenuhi terus-menerus maka kepuasanya akan semakin menurun.
b.
Hukum Gossen II menyatakan bahwa orang akan memenuhi
berbagai kebutuhanya sampai mencapai intensitas yang sama. Intensitas yang sama
itu ditunjukkan oleh rasio antara marginal utility dengan
harga dari barang yang satu dengan rasio marginal utility dengan
harga barang yang lain.
Hipotesis
utama teori nilai guna atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marginal
yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh
seseorang dari mengkonsumsikan satu barang akan menjadi semakin
sedikit apabila orang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya pada barang
tersebut.
Dalam hal pemaksimuman nilai guna total, syarat pemaksimuman nilai guna
adalah jika konsumen berada dalam keadaan sebagai berikut:
a.
Seseorang akan memaksimumkan niali guna dari
barang-barang yang dikonsumsikannya apabila perbandingan nilai guna marginal
berbagai barang tersebut adalah sama dengan perbandingan harga-harga barang
tersebut.
b.
Seseorang akan memaksimumkan niali guna dari
barang-barang yang dikonsumsikannya apabila nialu guna marginal untuk setiap
rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsikan.
Dalam pendekatan teori tingkah laku konsumen melalui pendekatan kardinal
terdapat sejumlah asumsi yang mesti berlaku. Berikut beberapa asumsi
dari pendekatan ini yang harus terpenuhi adalah:
a.
Daya guna diukur dalam satuan uang/util.
b.
Konsumen bersifat rasioanal, artinya konsumen
bertujuan memaksimalkan kepuasan dengan batasan pendapatanya.
c.
Diminishing marginal utility, artinya tambahan
utilitas yang diperoleh konsumen makin menurun dengan bertambahnya konsumsi
dari komoditas tersebut.
d.
Pendapatan konsumen tetap.
e.
Constan marginal utility of money (daya guna marginal
dari uang tetap)
f.
Total utility adalah additive (melengkapi) dan
independent (sendiri atau tidak terikat)
g.
Barang normal dan periode konsumsi berdekatan
Walaupun pendekatan ini telah berhasil menyusun formulasi fungsi permintaan
secara baik tetapi pendekatan ini masih dianggap mempunyai beberapa kelemahan.
Kelemahan dan kritik terhadap pendekatan ini antara lain:
a.
Sifat subyektif dari daya guna dan tidak adanya alat
ukur yang tepat dan sesuai.
b.
Constan marginal utility of money, semakin
banyak memiliki uang maka penilaian terhadap uang itu semakin rendah.
c.
Diminishing marginal utility sangat
sulit diterima sebagai aksioma, sebab penilaian dari segi psikologis yang
sangat sukar.
2.
Pendekatan Ordinal
Dalam
pendekatan Ordinal daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk
diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang
diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Dasar dari pemikiran dari
pendekatan ini adalah semakin banyak barang yang dikonsumsi semakin memberikan
kepuasaan terhadap konsumen. Dalam menganalisa tingkat kepuasan dalam
pendekatan ini digunakan kurva Indifferen (indifferent Curve) yang menunjukkan kombinasi
konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama dan garis
anggaran (Budget line) yang menunjukkan berbagai kombinasi dari dua macam
barang yang berbeda yang dapat dibeli oleh konsumen dengan pendapatan yang
terbatas.
Seperti halnya
pendekatan tingkah laku konsumen melalui pendekatan kardinal, pendekatan teori
tingkah laku konsumen melalui pendekatan ordinal juga memiliki sejumlah asumsi
yang mesti berlaku. Beberapa asumsi yang harus ada pada pendekatan ordinal
ini adalah:
a.
Konsumen Rasional
b.
Konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang
yang disusun berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna.
c.
Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu
d.
Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum
e.
Konsumen konsisten
f.
Berlaku hukum transitif
Prinsip dalam Analisa Perilaku Konsumen
Setelah membahas tentang macam-macam
perilaku konsumen, selanjutnya kita akan membahas tentang prinsip prinsip dasar
apa saja yang ada dalam analisis perilaku konsumen.
1.
Pendapatan terbatas dan kelangkaan
Pendapatan yang terbatas dan kelangkaan merupakan
suatu masalah yang harus disiasati dengan tepat oleh para konsumen. Dengan
adanya dua masalah ini memaksa seorang konsumen untuk berfikir dua kali dalam
menentukan pengeluaran atau konsumsi yang harus dilakukan namun tetap dalam
anggaran yang telah diteteapkan sebelumnya. Harus adanya keseimbangan dalam
mengkoinsumsi suatu produk. Jika ingin meningkatkan konsumsi terhadap suatu
produk b aik barang atau jasa harus disertai dengan pengurangan konsumsi terhadap
produk lainnya.
2.
Konsumen mampu membedakan antara biaya dan manfaat
Biaya dan manfaat merupakan dua aspek yang selalu
difikirkan oleh seorang konsumen dalam melakukan konsumsi. Jika dalam suatu
kondisi dimana dua produk yang sama memberikan manfaat atau daya guna yang sama
maka konsumen dengan otomatis akan melihat harga dan memlih yang lebih murah.
Di sisi lain jika dalam kondisi dimana ada dua produk yang harganya sama, maka
konsumen akan melihat dan memperhatikan manfaat serta nilai gunanya bagi masyarakat
dan memilih yang memiliki manfaat lebih besar.
3.
Konsistensi konsumen dalam memperkirakan manfaat yang tepat
Konsistensi seorang konsumen dipengaruhi oleh
pengalaman dan orang sekitar. Konsistensi konsumen terhadap suatu produk akan
mudah goyah ketika ada produk yang memiliki manfaat lebih baik dengan harga
yang murah atau setara. Dengan begitu konsumen akan mampu memberikan suatu
perkiraan terhadap produk yang akan dikonsumsi. Namun tidak menutup kemungkinan
bahwa konsistensi konsumen akan tetap bertahan jika produk yang dikonsumsi
telah memnuhi syarat dan memiliki nilai guna yang baik.
4. Distribusi produk satu
dengan yang lainnya.
Distribsusi terhadap
suatu produk dengan produk yang lainnya merupakan cara tepat untuk memnuhi
segala kebutuhan dan keinginan konsumen yang tek pernah selesai. Selain itu
dengan adanya distribusi ini konsumen akan lebih mudah mendapatkan kepuasan
dari berbagai sisi.
5. Konsumen patuh pada hukum
berkurangnya tambahan kepuasan yang berlaku.
Dalam hukum ini berlaku tentang semakin banyaknya
jumlah barang yang dikonsumsi, maka semakin kecil kepuasan atau manfaat yang
dihasilkan. Artinya dengan adanya tambahan biaya maka konsumen akan
menghentikan konsumsinya terhadap barang tersebut.
Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran
Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh
produsen dan lembaga lainnya, Strategi pemasaran adalah satu-satunya variable
yang dikendalikan oleh pemasar. Dalam hal ini, pemasar berusaha mempengaruhi
konsumen dengan menggunakan stimuli-stimuli pemasaran seperti iklan dan
sejenisnya agar konsumen bersedia memilih merek produk yang ditawarkan.
Strategi pemasaran yang lazim dikembangkan oleh pemasar yaitu yang berhubungan
dengan produk apa yang akan ditawarkan, penentuan harga jual, trategi
promosinya dan bagaimana distribusinya.
Strategi pemasaran berlaku untuk produk dan
merek tertentu dan pengaruh yang diberikan konsumen untuk melakukan pembelian
yang dirancang untuk tingkat produk maupun merek agar pemasar bisa merancang
strategi yang tepat dalam mempengaruhi konsumen, daasar yang digunakan harus
berupa pengetahuan mengenai perilaku mereka dalam proses beli yang dialami
untuk suatu kkategori produk tertentu pula.
Untuk itu perilaku konsumen berfungsi sebagai
dasar pembentukan komponen-komponen strategi pemasaran yang terdiri dari segmenting, targeting dan positioning (STP).
1.
Segmenting
Segmentasi pasar adalah proses identifikasai subkelompok konsumen yang
memilki kesamaan dalam hal keinginan, daya beli, lokasi geografi, sikap membeli
dan kebiasaan membeli.
Dalam segmentasi pasar ada empat langkah yang harus diambil yaitu:
a.
Mengidentifikasi
perangkat kebutuhan produk
b.
Mengelpompokkan
konsumen yang memilki kebutuhan yang serupa
c.
Mendeskripsikan
setiap kelompok
d.
Memilih
satu (atau lebih) segmen yang akan dilayani.
2.
Targeting
Merupakan langkah untuk memilih satu atau lebih segmen yang dapat
dilayanidengan baik, sehingga semua usaha pemasaran dapat difojkuskan pda
segmen ini untuk keuntungan yang menjanjikan. Perusahan dapat melayani segmen
sasaran dengan baik bila kiat-kiat yang dirancan sesuai dengan kemeampuan
perusahan itu.
3.
Positioning
Dalam usaha membuat positioning produk yang tepat, perusahaan/pemasar tidak
dapat mengabaikan perilaku konsumen, terutama konsumen sasarannya.
Refrensi :
Supawi Pawenang. 2016. Modul Akuntansi Biaya. Surakarta: Uniba
Komentar
Posting Komentar